SiGaresto Tutup, Rejeki Saya Bukan di Jababeka

Dear SiGaresto Mania, setelah bertahan hampir satu tahun, akhirnya kami menyerah dan memutuskan untuk menutup warung makan SiGaresto di Jl. Jababeka XIV Blok J Kawasan Industri Jababeka-Cikarang. Waktu yang relatif singkat memang, namun sepertinya gaji bulanan kami tidak bisa kami alokasikan lagi untuk menutup biaya operasional restoran yang memerlukan suntikan dana segar setiap bulannya.

Terlepas dari itu semua, memang Allah belum menjadikan warung SiGaresto Jababeka menjadi perantara rejeki bagi kami, walaupun memang ada beberapa hal yang patut dijadikan bahan evaluasi bagi kami dalam mendirikan dan mengoperasikan sebuah restoran. Catatan itu anatara lain :

  1. Proses menyamakan visi dan misi diantara tiga orang pendiri yang sungguh sulit, sehingga seolah-olah masing-masing pendiri mempunyai misi sendiri yang bertentangan dengan misi pendiri lainnya.
  2. Tidak adanya kejelasan perkiraan nilai investasi, sehingga nilai investasi awal menjadi begitu membengkak luar biasa.
  3. Ditambah lagi tidak jelasnya siapa yang menjadi penyandang dana, berapa porsi dana yang disiapkan masing-masing pendiri, kemudian siapa yang bertanggung jawab atas operasional sehari-hari restoran tersebut.
  4. Penentuan konsep yang tidak jelas, bahkan saat bangunan telah siap dan peralatan sudah lengkap, menu yang akan disajikan masih diperdebatkan sampai malam sebelum keesokan harinya warung dibuka, semua karena visi yang tidak sama seperti dijelaskan di point 1.
  5. Kurang siapnya SDM yang akan mengelola warung karena proses training baru dilakukan menjelang tengah malam sebelum warung dibuka keesokan harinya.
  6. Rasa masakan berubah-ubah karena cara kerja tidak berdasarkan SOP. Akibatnya banyak tamu complain.
  7. Tidak fokus. Kami bertiga hanya sempat nongkrong di warung yang baru kami buka pada saat pembukaan saja. Setelah itu, seminggu sekali kami baru bertemu lagi melakukan koordinasi dan membicarakan program yang akan dijalankan. Namun kembali, hari Senin sampai dengan Sabtu siang kami tinggalkan karyawan mengelola sendiri. Alhasil, warung jadi kehilangan roh. Kegagalan, itulah yang harus saya tebus akibat tidak fokus terhadap bisnis, padahal tidak sedikit (menurut ukuran saya) uang yang dialokasikan untuk mendirikan warung tersebut.

Namun demikian, ada pula beberapa hal penting yang kami jalankan dan bisa dikatakan berhasil, antara lain :

  1. Untuk daerah Jababeka yang nota bene pasar sasaran kami adalah pekerja pabrik, program loyalty berupa “Makan 10 gratis 1” sangat powerfull untuk memancing repeat order dari customer.
  2. Marketing a’a MLM melalui rekomendasi juga sangat berpengaruh besar untuk memperkenalkan produk-produk kami. Kami ajak beberapa teman untuk menyebarkan voucher discount kepada calon customer yang nota bene teman-teman mereka juga. Voucher diberi nomor seri, sehingga kami bisa tahu voucher yang ditukar itu disebarkan oleh siapa. Dan untuk setiap 10 voucher yang kembali ditukarkan ke warung kami dari penyebar yang sama, maka si penyebar voucher mendapatkan makan paket ayam GRATIS.

Pelajaran berharga dari kegagalan ini, namun yang pasti kami tidak menyerah dengan kegagalan ini. InsyaAllah, jika Allah meridhoi, kami akan menjalankan bisnis kuliner dengan persiapan dan konsep yang lebih matang.

Sementara itu, blon ini akan kami jadikan sebagai blog kuliner yang berisi segala sesuatu tentang dunia kuliner termasuk salah satunya konsep bisnis kuliner.

Leave a comment