SiGaresto Tutup, Rejeki Saya Bukan di Jababeka

July 7, 2010

Dear SiGaresto Mania, setelah bertahan hampir satu tahun, akhirnya kami menyerah dan memutuskan untuk menutup warung makan SiGaresto di Jl. Jababeka XIV Blok J Kawasan Industri Jababeka-Cikarang. Waktu yang relatif singkat memang, namun sepertinya gaji bulanan kami tidak bisa kami alokasikan lagi untuk menutup biaya operasional restoran yang memerlukan suntikan dana segar setiap bulannya.

Terlepas dari itu semua, memang Allah belum menjadikan warung SiGaresto Jababeka menjadi perantara rejeki bagi kami, walaupun memang ada beberapa hal yang patut dijadikan bahan evaluasi bagi kami dalam mendirikan dan mengoperasikan sebuah restoran. Catatan itu anatara lain :

  1. Proses menyamakan visi dan misi diantara tiga orang pendiri yang sungguh sulit, sehingga seolah-olah masing-masing pendiri mempunyai misi sendiri yang bertentangan dengan misi pendiri lainnya.
  2. Tidak adanya kejelasan perkiraan nilai investasi, sehingga nilai investasi awal menjadi begitu membengkak luar biasa.
  3. Ditambah lagi tidak jelasnya siapa yang menjadi penyandang dana, berapa porsi dana yang disiapkan masing-masing pendiri, kemudian siapa yang bertanggung jawab atas operasional sehari-hari restoran tersebut.
  4. Penentuan konsep yang tidak jelas, bahkan saat bangunan telah siap dan peralatan sudah lengkap, menu yang akan disajikan masih diperdebatkan sampai malam sebelum keesokan harinya warung dibuka, semua karena visi yang tidak sama seperti dijelaskan di point 1.
  5. Kurang siapnya SDM yang akan mengelola warung karena proses training baru dilakukan menjelang tengah malam sebelum warung dibuka keesokan harinya.
  6. Rasa masakan berubah-ubah karena cara kerja tidak berdasarkan SOP. Akibatnya banyak tamu complain.
  7. Tidak fokus. Kami bertiga hanya sempat nongkrong di warung yang baru kami buka pada saat pembukaan saja. Setelah itu, seminggu sekali kami baru bertemu lagi melakukan koordinasi dan membicarakan program yang akan dijalankan. Namun kembali, hari Senin sampai dengan Sabtu siang kami tinggalkan karyawan mengelola sendiri. Alhasil, warung jadi kehilangan roh. Kegagalan, itulah yang harus saya tebus akibat tidak fokus terhadap bisnis, padahal tidak sedikit (menurut ukuran saya) uang yang dialokasikan untuk mendirikan warung tersebut.

Namun demikian, ada pula beberapa hal penting yang kami jalankan dan bisa dikatakan berhasil, antara lain :

  1. Untuk daerah Jababeka yang nota bene pasar sasaran kami adalah pekerja pabrik, program loyalty berupa “Makan 10 gratis 1” sangat powerfull untuk memancing repeat order dari customer.
  2. Marketing a’a MLM melalui rekomendasi juga sangat berpengaruh besar untuk memperkenalkan produk-produk kami. Kami ajak beberapa teman untuk menyebarkan voucher discount kepada calon customer yang nota bene teman-teman mereka juga. Voucher diberi nomor seri, sehingga kami bisa tahu voucher yang ditukar itu disebarkan oleh siapa. Dan untuk setiap 10 voucher yang kembali ditukarkan ke warung kami dari penyebar yang sama, maka si penyebar voucher mendapatkan makan paket ayam GRATIS.

Pelajaran berharga dari kegagalan ini, namun yang pasti kami tidak menyerah dengan kegagalan ini. InsyaAllah, jika Allah meridhoi, kami akan menjalankan bisnis kuliner dengan persiapan dan konsep yang lebih matang.

Sementara itu, blon ini akan kami jadikan sebagai blog kuliner yang berisi segala sesuatu tentang dunia kuliner termasuk salah satunya konsep bisnis kuliner.


Temu Kangen (Maaf Baru Posting Lagi)

June 10, 2009

Bapak, Ibu, Mas, Mba, Teteh, Neng, maaf jika sekitar dua bulan ini management SiGaresto tidak menampilkan lagi artikel-artikel atau tulisan mengenai SiGaresto, kewirausahaan, management resto, promosi dll. Bukan bermaksud melupakan para pelanggan dan pembaca sekalian, tapi karena semata untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, kualitas produk, kualitas kebersihan, kualitas pelayanan, kualitas segala bentuk yang diharapkan konsumen.
Maka, jangan heran jika para pelanggan kini menyaksikan kru SiGaresto melayani anda dengan lebih tulus, kata Andra and the Backbone, harus “Main Hati”. Semua ini karena untuk kepuasan Anda semua.
Lalu bagaimana dengan produk? Anda bisa lihat sendiri, sekarang telah hadir Ayam Goreng Kuning dan Ayam Kremes. Menu ini adalah alternatif bagi konsumen yang kurang menyenangi rasa pedas mada menu yang disediakan. Terus, kenapa dihadirkan Ayam Kremes? Ayam Kremes adalah menu yang disenangi oleh hampir semua golongan usia. Tidak hanya remaja, dewasa, orang tua, pria, wanita, bahkan anak-anak sangat menyenangi menu makanan ini sebagai pengganti ayam krispi yang dipandang orang sebagai makanan kurang sehat.
Akhirnya, sebelum berkunjung ke Jl. Jababeka XIV Blok J-Kawasan Industri Jababeka-Cikarang, silakan lihat-lihat dulu suasana dan menunya lewat gambar-gambar di bawah ini…

Ayam Kuning + Kremesan

Ayam Kuning + Kremesan

Tepat di Jl. Jababeka XIV Blok J

Tepat di Jl. Jababeka XIV Blok J

Lebih Lapang, Lebih Nyaman

Lebih Lapang, Lebih Nyaman


Soto Betawi “Bang Thamrin”

January 14, 2009

Kali ini saya akan mengulas sebuah resto cafe di Gedung Sarinah Jl. M.H. Thamrin di Jakarta. Dari pintu masuk pilih eskalator turun menuju ke basement, persis di depan Hero Supermarket terdapat area makan yang terdiri dari beberapa ruang semi resto dan area makan semacam food court yang dinamakan Cafe de Sarinah. Ada berbagai pilihan makanan disana, namun yang menarik buat saya adalah Soto Betawi Bang Thamrin yang berada di sisi sebelah kanan. Cuaca yang mendung dan dingin membuat saya menjatuhkan pilihan untuk makan siang disana, pasti bikin hangat dan seger, apa lagi jika sambalnya ekstra pedas. Bayangan itu yang mampir di benak sebelum memutuskan untuk masuk area semi resto-nya.

Masuk ke dalam area resto, rupanya suhu ruangan lebih hangat dibandingkan dengan area food court-nya, mungkin ada gangguan dengan sistem pendingin ruangan atau mungkin karena efek panasnya kompor dari dapur, karena antara dapur dan dining room hanya dibatasi oleh juntaian bambu-bambu kecil yang dipasang jarang. Untuk memberikan kesan dapur terbuka, fikirku.

Saya pesan soto daging paru dan juice jambu biji merah, sedangkan teman saya memesan soto kaki dan es teh manis. Sambil menunggu, naluri saya setiap kali masuk restoran timbul : ingin mengetahui kelebihan-kelebihan dari konsep restoran, design, service dan taste makanannya. Sementara makanan sedang disiapkan oleh karyawan, saya mulai mengamati meja, kursi, dinding, karyawan, buku menu, tata cahaya  dan peralatan yang digunakan.

Dekorasi cukup sederhana, ornamen penghias dinding hanya sampai setengah badan, selebihnya polos, tanpa foto frame atau gambar-gambar lainnya. Yang cukup dominan adalah permainan kesan kayu pada furnitur. Meja dan kursi bertekstur kayu halus diplitur mengkilap. Terdiri dari meja dan kursi panjang, meja untuk dua orang, dan yang menarik perhatian adalah penggunaan kursi (mungkin jati) besar khas betawi di salah satu pojo ruangan, menonjolkan Betawi pada interiornya. Tidak hanya itu, pencahayaan menggunakan beberapa lampu (mirip petromak) khas betawi yang sering saya lihat di pekarangan rumah Si Doel Anak Sekolahan, unik, tidak terlalu terang dan memperkuat kesan resto cafe.

Buku menu yang digunakan adalah konsep hard cover dengan gambar dan daftar menu pada salah satu sisinya. Selain kemungkinan karena menunya yang tidak terlalu banyak, konsep ini juga mempermudah customer untuk memilih makanan tanpa harus membolak-balik atau membuka halaman demi halaman untuk mencari makanan yang sesuai dengan selera. Karyawan-pun berpenampilan tidak terlalu istimewa, hanya pakaian a’la betawi yang jarang saya lihat digunakan sebagai ciri khas betawi. Karena yang sering saya amati, khas betawi itu adalah kaos oblong putih dan celana batik.

Soto Betawi Bang Thamrin

Soto Betawi Bang Thamrin

Akhirnya pesanan kami datang. Sempat kaget dengan konsep penyajian soto di Soto Betawi Bang Thamrin ini, karena saya baru pertama kali ini melihat soto dihidangkan menggunakan mangkuk (lebih tepatnya alat) dengan pemanas di bawahnya. Konsep serupa namun diterapkan pada masakan lain pernah saya temui pada penyajian tumis kangkung yang juga dipanaskan secara langsung di piring penghidangnya. Pemanas di bawahnya menggunakan minyak goreng dengan sumbu yang biasa digunakan untuk penerangan meja pada cafe-cafe. Dengan pemanas ini, konsumen dijamin akan tetap menikmati soto dalam keadaan panas, bahkan akan menjadi lebih panas semakin lama dibiarkan tidak sisantap.

Icip kuah, memang wajar menurut saya mereka menetapkan harga Rp. 21.500,- untuk setiap porsi. Semua bumbunya terasa pas, hanya karena saya senang pedas, maka saya tambahkan dua sendok sambal dan kira-kira tiga sendok kecap manis. Setelah diaduk, rasanya makin mantab, pas banget dengan yang saya harapkan. Rasa soto-nya mirip dengan Soto Bening & Soto Santan yang berada di Jl. Pengadilan Bogor, hanya yang ini lebih mantab karena santannya lebih kental.

Porsi nasi dan sotonya pas, tidak membuat kekenyangan, tidak juga kurang untuk ukuran saya. Hanya yang disayangkan adalah nasi-nya agak keras, sehingga sedikit mengurangi kenikmatan soto-nya. Banyak restoran yang mempunyai rasa masakan yang mantab, namun ada beberapa diantaranya yang kurang memperhatikan kualitas nasi. Padahal menurut saya, kualitas nasi adalah faktor utama. Bahkan Ibu Fatmawati, founder Ayam Goreng Fatmawati, selalu mengingatkan karyawannya akan pentingnya menjaga kualitas makanan, terutama nasi.


Lokasi, Lokasi, Lokasi

December 10, 2008

Lokasi

Orang bilang ada 3 faktor utama penentu keberhasilan dari usaha rumah makan, yaitu Lokasi, lokasi dan lokasi. Kenapa begitu pentinganya sebuah lokasi menentukan tingkat keberhasilan suatu usaha? Karena memang disanalah (lokasi) terdapat calon konsumen, banyak atau sedikitnya potensi pasar ditentukan oleh lokasi tersebut. Katakanlah kita hanya mampu menarik 5 persen dari crowd/traffic/potensi pasar yang ada di sekitar lokasi. Namun, hasilnya akan sangat besar jika ternyata lokasi tersebut menyediakan crowd/traffic/potensi pasar sebesar 100.000 per hari. Lima persen yang hanya seper dua puluh dari total pasar sebanyak 100.000 adalah 5.000, jumlah yang sangat menggiurkan bukan?

Tapi coba kita kalkulasi keberhasilan usaha restoran dengan optimisme sebesar 30 persen kita bisa meraih pasar, namun nilai total crowd/traffic/potensi pasar 1.000. Ya….kita hanya akan mendapatkan angka 700 saja, jauh lebih kecil dibandingkan dengan lima persen dari 100.000.

Bukan hanya itu, jika pada awal pembukaan kita hanya memiliki kemampuan meraih 5 persen crowd/traffic/potensi pasar, kita dapat terus meningkatkanya dengan berbagai promosi. Pada crowd/traffic/potensi pasar yang besar, efek dari sebuah promosi akan berhasil lebih baik dibandingkan promosi gencar pada pasar yang terbatas/kecil.

Yang patut diingat adalah legalitas lokasi bisnis. Ruang restoran yang nyaman, bersih, besar tidak akan memberikan kenyamanan lebih bagi pemilik restoran jika ternyata lokasi itu berada di tanah negara atau sengketa yang suatu saat akan kena gusur. Bukan berarti berdagang di kaki lima tidak aman loh… Ada beberapa lokasi yang dijadikan sentra wisata kuliner, sentra oleh-oleh atau sentra apapun yang didasari oleh kebijakan pemerintah setempat dalam pengalokasian wilayah tersebut. Jadi bagi yang elum memiliki modal besar, bisnis kaki lima resmi ini bisa mulai menjadi langkah pertama.

Serta masih banyak keuntungan lainnya jika kita memilih lokasi yang benar dalam berbisnis.

SiGaresto :
Menu A’la Resto, Ga Bikin Kantong KO
Menu Restoran, Harga Emperan